Jumat, 16 April 2010

Makalah, Paper, Jurnal : Bentuk Kolaborasi Kooperatif atau Kapitalisme Eksploitatif?

Sebagai bagian dari sebuah civitas akademika dan penstudi, tentu kita tidak pernah lepas dari tugas yang selalu diberikan oleh pengajar baik dalam tataran siswa maupun mahasiswa. Siswa kerap kali mendapat tugas dalam bentuk pembuatan makalah, portofolio, dll. Sedangkan pada tingkat mahasiswa, pemberian tugas lebih bervariasi, mulai dari paper, jurnal, hingga makalah. Dalam pemberian tugas, staf pengajar (guru atau dosen) pun memberikan porsi yang bervariasi sehingga hal ini menimbulkan beragam reaksi dari para penstudi. Ada yang bereaksi positif terhadap hal ini, ada pula yang menganggap pemberian tugas terlalu berlebihan sehingga mendekati bentuk “eksploitasi” yang dilakukan oleh para pengajar terhadap penstudinya. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai adanya perbedaan pandangan yang terjadi diantara para penstudi dan pendekatan identik dan analog yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena ini.

Pemberian tugas berupa pembuatan jurnal, paper, dan makalah dipandang sebagai sesutau yang menguntungkan. Mereka hirau akan banyaknya tugas yang diberikan kepada mereka. Bahkan mereka berkeyakinan bahwa dengan semakin banyaknya tugas yang diberikan maka interaksi antara pengajar dan penstudi akan semakin sering. Seringnya interaksi ini diyakini sebagai interaksi yang kontributif dan kooperatif. Hal ini tentu saja dapat dijelaskan dengan pendekatan liberalisme yang menjunjung tinggi rasionalitas dan konflik dapat diselesaikan dengan cara yang kooperatif dan kontributif antar aktornya. Jika diderivatifkan kepada ranah akademik, mereka yakin bahwa pengajar akan selalu rasional dalam memberikan tugas. Para penstudi pun berlaku demikian, rasionalitas dalam menerima dan mengerjakan tugas akan dijunjung tinggi. Adanya interdependensi dari masing-masing aktornya pun tersaji dalam ranah akademik. Hal ini diwujudkan dengan adanya diskusi-diskusi baik dalam kelas maupun di luar kelas, baik dilakukan oleh pengajar dengan penstudi maupun atar penstudi. Pada akhirnya, para penstudi yang berpandangan demikian percaya bahwa kerjasama antar aktor-aktor akademik dapat tercapai dengan baik dan berujung pada simbiosis mutualisme diantara mereka.

Di lain pihak, ada kelompok penstudi yang beranggapan bahwa tugas-tugas yang selama ini mereka terima sangat memberatkan dan lebih ekstrimnya, meminjam istilah pendekatan marxisme, hampir mendekati bentuk “kapitalisme eksploitatif”. Betapa tidak, penstudi yang beranggapan seperti ini merasa bahwa para pengajar yang memiliki kewenangan dalam mengatur dan menjalankan kurikulum yang diberikan kepada penstudi kerap kali bertindak melampaui batas. Kondisi seperti ini dapat dijelaskan melalui pendekatan marxisme yang membagi struktur sosial menjadi dua kelas, borjuis dan proletar. Kaum borjuis dalam ranah akademik dapat dianalogikan dengan para pengajar, karena memiliki modal (capital) berupa kewenangan dalam pemberian tugas dan pemberian nilai. Kaum proletar dapat dianalogikan dengan para penstudi yang tidak memiliki capital seperti yang dimiliki oleh para pengajar. Hal ini menyebabkan adanya dependensi dari para penstudi terhadap para pengajar. Hal ini lah yang menurut sebagian penstudi merupakan cikal bakal terhadap timbulnya “kapitalisme eksploitatif”. Manifestasinya adalah penstudi kerap kali mendapatkan tugas yang teramat berat dan banyak namun tidak diimbangi dengan pengertian dari pengajar berupa pemberian nilai yang layak terhadap hasil tugas mereka. Lebih ekstrim lagi, mereka tidak mendapatkan pemahaman yang benar-benar mendalam tentang tugas yang mereka kerjakan karena tugas yang mereka dapat terlalu banyak dan serinng kali terbebani oleh deadline pengumpulan tugas.

Melihat dari penilaian dua kubu di atas mengenai posisi dan cara pandang mereka terhadap fenomena-fenomena pemberian tugas yang selama ini diterima, dapat disimpulkan bahwa pandangan tersebut bersifat subyektif, tergantung bagaimana setiap individu melihat fenomena ini. Namun, satu hal yang menjadi penting entah menggunakan pendekatan liberalisme atau marxisme untuk melihat fenomena tersebut, tugas-tugas yang diterima haruslah disikapi secara profesional sebagai seorang akademisi yang merupakan bagian dari civitas akademika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar