Jumat, 16 April 2010

Pergeseran Perspektif Masyarakat Global Terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) Sebagai Manifestasi Globalisasi

Era di saat kita hidup sekarang ini dikenal sebagai era globalisasi. Era dimana tidak ada lagi limitasi bagi setiap informasi yang beredar di dunia. Globalisasi sering dimaknai dan diidentikkan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Dunia yang selama ini kita sadari sebagai suatu tempat yang terpisah ruang satu sama lain seakan menjadi sempit saat globalisasi benar-benar terjadi. Informasi dari belahan dunia lain dapat kita peroleh hanya dalam hitungan menit bahkan detik saja. Dalam American Heritage Dictionary, globalisasi didefinisikan sebagai proses universalisasi suatu tindakan baik dalam ruang lingkupnya ataupun aplikasinya. Emmanuel Ritcher mendefinisikan globalisasi sebagai jaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia. Globalisasi dapat juga didefinisikan sebagai pudarnya batas-batas negara karena segala sesuatu telah dapat dengan bebas keluar-masuk dan berinteraksi dengan apapun yang ada di dalamnya. Dengan demikian, segala sesutau menjadi mengglobal dan universal. Tak ada lagi batas pemisah yang secara tegas membatasi. Perkembangan teknologi dan informasi adalah manivestasi dari pesatnya arus globalisasi. Menjamurnya perusahaan internasional di banyak negara pun merupakan pengejewantahan dari globalisasi. Ditemukannya media massa, media cetak, media elektronik, bahkan internet dan meluasnya perusahaan internasional merupakan proses kesinambungan dari globalisasi. Namun, bukan berarti proses globalisasi berhenti sampai pada tahap itu saja. Perkembangan teknologi dan informasi tersebut belum cukup merepresentasikan globalisasi, setidaknya sebagai produk dari globalisasi. Ada implikasi lain dari globalisasi yang merupakan bentuk kontinuitas dari perkembangan informasi dan teknologi.

Perkembangan teknologi dan informasi global telah membawa transformasi pada nilai-nilai kehidupan manusia. Maka tak salah jika globalisasi juga dimaknai sebagai proses bergesernya nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dikarenakan semakin globalnya informasi. Terbukanya arus informasi memudahkan pemikiran, perspektif, budaya, dan paradigma dari suatu masyarakat di belahan dunia dapat ditransfer dan diketahui oleh belahan dunia lainnya. Nilai-nilai yang tersebar pun tak sepenuhnya sejalan. Terkadang terjadi benturan dan gesekan antar nilai-nilai tersebut. Benturan dan gesekan itu pun tak serta merta berasimilasi membentuk suatu nilai baru. Ada yang saling mengalahkan dan menyingkirkan, namun ada pula yang bergeser dan bahkan berasimilasi sebagai hasil dari globalisasi. Begitu banyak nilai-nilai kehidupan di masyarakat yang telah bergeser jika dibandingkan sebelum adanya globalisasi yang ditandainya dengan pesatnya perkembanga teknologi dan informasi. Pergeseran ini terlihat begitu signifikan ketika pemikiran, perspektif, budaya, dan paradigma masyarakat “western” telah menyebar dan mengintervensi pemikiran, perspeektif, budaya, dan paradigma masyarakat “eastern”. Bahkan pergeseran itu pun telah berhasil megubah gaya hidup masyarakat timur. Entah mengapa budaya masyarakat timur selama ini kita anggap terintervensi oleh budaya barat. Namun yang jelas, bentuk pergeseran itu sudah sangat jelas teramati. Dalam tulisan ini akan dibahas salah satu bentuk pergeseran nilai-nilai yang ada di masyarakat sebagai produk/ikon dari proses globalisasi.

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) adalah sesuatu yang baru kita dengar akhir-akhir ini. Fenomena ini adalah semacam pergeseran psikologis yang diwujudkan dengan disorientasi seksual. Fenomena ini mungkin sudah ada sebelumnya namun baru terangkat ke permukaan belakangan ini. Sebelum era globalisasi, lebih tepatnya sebelum teknologi dan informasi berkembang, memang telah ada LGBT. Namun, bagi masyarakat timur hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Keberadaannya pun tidak bisa diterima oleh masyarakat timur. Pemikiran masyarakat barat agaknya kontradiktif dengan masyarakat timur. Walaupun belum bisa menerima seutuhnya, keberadaan LGBT masih bisa diterima oleh masyarakatnya. LGBT memang berkembang di negara-negara barat. Pada awalnya mereka dipandang sinis dan diremehkan keberadaannya, namun seiring perkembangan jaman keberadaan mereka mulai diterima walaupun masih ada beberapa bentuk diskriminasi terhadap kaum minor ini. Saat ini, banyak negara-negara barat yang mengijinkan pernikahan sejenis secara legal seperti Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, Norwegia dan AS. Bahkan di AS ada sekolah khusus bagi kaum LGBT yang terkenal, Harvey Milk School. Hal ini merupakan bentuk bahwa LGBT sudah mulai bisa diterima oleh masyarakat barat

Perkembangan teknologi dan informasi ternyata berperan penting dalam proses globalisasi. Termasuk memberikan kontribusi bagi bergesernya nilai-nilai di kehidupan manusia. Pun demikian bagi LGBT. Setelah keberadaannya diterima di masyarakat barat, LGBT pun mulai menyebar ke masyarakat timur. Tentu saja dengan bantuan teknologi dan informasi. Berita mengenai dilegalkannya LGBT di beberapa negara barat membuat kaum LGBT di negara-negara timur tertarik untuk mengikuti dan memperjuangkan haknya sebagai bagian masyarakat yang juga memiliki hak untuk hidup setara dengan yang lain. Oleh karena itu, tak heran jika akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan komunits-komunitas LGBT di negara-negara timur, salah satunya di Indonesia. Komunitas tersebut ada yang secara terbuka menyatakan kepada masyarakat bahwa mereka adalah komunitas LGBT, ada juga yang masih diam-diam. Cyber community pun juga banyak bermunculan di beberapa jejaring sosial. Hal ini tak lepas dari proses globalisasi juga. Bahkan di beberapa kota besar di Indonesia pun ada pernikahan sejenis yang tentu saja dilakukan oleh kaum LGBT. Memang baik komunitas maupun pernikahan LGBT belum dilegalkan. Namun, yang jelas mindset masyarakat telah berubah seiring dengan lajunya globalisasi. Nilai-nilai kehidupan pun juga ikut bergeser. Dahulu LGBT dianggap tabu, namun sekarang sudah seperi hal yang biasa. Inilah hasil dari globalisasi, saat dimana masyarakat dunia memiliki pemahaman yang global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar